Liputan6.com, Jakarta - Dalam dua tahun masa pemerintah Presiden Joko Widodo(Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), terjadi penurunan harga komoditas di sejumlah wilayah terpencil dan terluar di Indonesia.
Penurunan harga tersebut merupakan hasil dari jalannya proyek tol laut yang dicanangkan oleh pemerintah.
Dikutip dari kerjanyata.id,dalam dua tahun terakhir, terjadi peningkatan jumlah trayek angkutan laut perintis. Pada 2014, jumlah trayek angkutan perintis sebanyak 84 trayek, kemudian meningkat di 2015 menjadi 86 trayek.
Pada 2016, jumlah tersebut kembali meningkat 10 trayek menjadi 96 trayek. Dari jumlah trayek ini, 54 trayek dilayani oleh kapal negara, 42 trayek dilayani oleh kapal swasta dan 1 trayek khusus angkutan ternak.
Seiring dengan penambahan trayek ini, harga komoditas di beberapa wilayah juga mengalami penurunan. Sebagai contoh Kecamatan Tahuna, Sulawesi Utara, harga beras mengalami penurunan 5 persen, terigu 5 persen dan semen turun 5 persen.
Hal serupa juga terjadi di Kecamatan Namlea, Maluku. Harga beras turun 22 persen, bawang merah turun 20 persen, gula turun 28 persen, minyak goreng turun 15 persen, tepung terigu turun 29 persen, daging ayam ras turun 49 persen, triplek turun 17 persen, dan semen turun 22 persen.
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi P Prayanto mengatakan, pemerintah memang telah memiliki semangat untuk menurunkan disparitas harga komoditas antar wilayah melalui program tol laut. Hal ini patut mendapatkan apresiasi.
"Semangat pemerintah untuk menurunkan itu ada. Ada yang sudah agak berkurang harganya, ada yang masih belum kurang. Tapi jangan lihat itunya, tapi semangatnya," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (22/10/2016).
Namun demikian, komitmen berbagai pihak untuk menjalankan program tersebut ke depannya harus tetap dijaga. Menurut Yugi, jangan sampai program tersebut hanya berjalan pada dua tahun ini saja, tetapi terhenti pada 3 tahun sisa masa pemerintahan Presiden Jokowi.
"Jangan sampai hanya seremonial saja. Kalau sudah berjalan kapalnya, jangan sampai nggak jalan lagi. Kita pelaku usaha juga melihat kontinuitasnya, ada nilai bisnisnya. Supaya bisnis jalan jadi cost logistik dan pengangkutan turun. Kalau dilihat perlu ditindaklanjuti lebih optimal lagi," kata dia.
Selain itu, Yugi juga berharap pemerintah bisa lebih banyak melibatkan pihak swasta dalam pelaksanaan program tol laut ini. Dengan demikian, lebih banyak wilayah yang bisa dilewati oleh trayek angkutan laut perintis sehingga penurunan harga komoditas bisa berlangsung lebih cepat.
"Dari pelaku usaha harus dimanfaatkan supaya lebih efisien lagi. Karena selalu ada persepsi lebih murah mengirim barang dari Singapura dan Tiongkok ketimbang ke Papua, karena pas pulangnya barangnya kosong. Harus semakin banyak infrastruktur dan swasta yang menyerap tol laut ini," ujar dia.