Sulitnya Bertamu ke Kediaman Ahok Pasca-Demo 4 November

Bagikan ke Twitter
Hasil gambar untuk gambar ahok

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki kompleks perumahan Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, kini tidaklah mudah bagi tamu atau pengunjung.

Untuk mencapai kediaman pribadi Ahok yang berada di Kompleks Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara itu,


pengunjung harus melalui pemeriksaan di tiga pos satpam.Seperti pengamatan Liputan6.com, Minggu (6/11/2016), di pos penjagaan pertama, asal berpenampilan rapi dan tidak mencurigakan, pengunjung langsung diizinkan masuk tanpa pemeriksaan.

Tentunya, jika membawa kendaraan roda dua maupun roda empat, pengunjung harus menunjukkan wajah atau identitasnya.

Namun, jika pengunjung bersikap urakan atau berpenampilan tidak rapi, maka satpam di pos pertama tak akan meloloskan meski ber-KTP Jakarta Utara sekalipun.

Melewati pos kedua, pengunjung akan ditanyai lebih detail. Seperti identitas, tujuan kunjungan, hingga orang yang akan ditemui. Kedatangan pengunjung juga terlebih dahulu dikonfirmasi dengan penghuni rumah atau orang yang akan ditemui.

Tak hanya itu, identitas pengunjung juga bakal diperiksa berulang-ulang oleh sejumlah satpam. Saat satpam menanyai, empat kamera CCTV merekam setiap gerakan pengunjung.

Namun, aturan di atas tak berlaku jika pengunjung datang mengendarai kendaraan roda empat. Baik itu kendaraan sewaan, taksi, ataupun kendaraan pribadi.

Pengunjung dengan kendaraan roda empat hanya akan diminta menurunkan kaca pintu kendaraan, dan menyebutkan tujuannya. Lalu, satpam akan memberikan kartu pengunjung.

Berbeda dengan penghuni perumahan elite tersebut. Tak ada pertanyaan panjang lebar. Mereka cukup membuka kaca kendaraan, ambil kartu, sedikit basa-basi dengan satpam, lalu tutup kaca lagi sambil membunyikan klakson.

Di pos kedua ini, Liputan6.com yang memang tak menggunakan kendaraan roda empat, kesulitan mendapat izin dari satpam. Padahal sudah memakai seragam, memperkenalkan diri, menunjukkan ID pers, dan memberikan kartu identitas.

Awalnya, di pos kedua satpam bernama Riyadi itu menanyakan tujuan kedatanganLiputan6.com ke kediaman Ahok. Dia meminta Liputan6.com menepikan sepeda motornya.

"Dari mana, mas?" tanya Riyadi.

"Mau ngapain?" lanjut dia.

Setelah menjelaskan maksud kedatangan Liputan6.com, Riyadi meminta menunjukkan kartu pers. Meski sudah digantungkan di leher, Riyadi tetap memintanya. Agar tidak salah paham, Liputan6.com pun menyodorkan kartu nama.

Riyadi membawa kartu nama itu ke dalam pos satpam. Lalu dia berbincang dengan lima satpam lainnya. Usai berbincang, Riyadi keluar dan menanyakan keperluan Liputan6.comke kediaman Ahok.




"Sudah ada janji? Sebab pos yang di sana --pos dekat persimpangan rumah Ahok-- bilang, tak ada undangan buat media. Kalau belum ada janji, saya minta identitasnya," ujar Riyadi.

Saat menunjukkan KTP, Riyadi bergegas ke pos satpam. Lalu, Riyadi kembali, setelah ia berkomunikasi dengan dua satpam lainnya dan mengucapkan sesuatu di handy talky (HT).

"Maaf mas, enggak bisa. Mas silakan kembali kalau sudah di-approved oleh penjaga di sana --satpam yang ada di pos dekat persimpangan kediaman Ahok. Maaf ya, mas," ujar Riyadi.

Merasa tak nyaman dengan perlakuan tersebut, Liputan6.com memilih meninggalkan pos kedua dan kompleks kediaman Ahok tersebut.

Meski terbilang ketat, tak ada prajurit TNI ataupun polisi yang menjaga kompleks perumahan Ahok. Dua hari setelah demonstrasi terkait dugaan penistaan agama oleh Ahok pada 4 November 2016, kawasan elite yang langsung berbatasan dengan pantai itu terlihat normal.

Hasil penelusuran itu, ada tiga pintu masuk menuju kediaman Ahok. Ketiga pintu masuk itu memiliki pos satpam yang masing-masing dijaga lima sampai 11 satpam. Ketiga pintu masuk tersebut bermuara di pos kedua.

Pos itu dijaga delapan sampai 15 satpam. Setelah pos kedua, ada pos ketiga yang berada di persimpangan dekat kediaman Ahok. Ada tiga penjaga di sana. Sementara setiap 15 menit sekali, dua satpam berpatroli menggunakan sepeda motor.

Subscribe to receive free email updates: